SEKELUMIT SEJARAH
NAGARI PADANG SIBUSUK
DALAM BENTUK POINTERS
(Drs. H. Djamalus Mara Sampono /Anak Nagari Padang Sibusuk)
Banyak
orang bertanya kenapa nagari ini bernama Padang Sibusuk, malahan
warganya sendiri ada yg tidak tahu kenapa nagarinya bernama Padang
Sibusuk. Beberapa generasi baru, terutama yang dirantau meminta supaya
nama Nagari dirubah. Namun ninik mamak atau ampek jinih serta pemangku
adat di nagari sampai sekarang belum sepakat untuk merobah nama nagari.
1. Tahun
1275 Kerajaan Singosari dibawah raja Kartanegara meluaskan jajahannya
ke Kerajaan Malayu Dharmasraya di pulau Sumatra ,yang dikenal dengan
Ekspedisi Pamalayu I .
2. Tahun 1343 tercatat yang bernama Aditiyawarman adalah
Raja Kerajaan Pagaruyung. Dari Pagaruyuang lah kerajaan Minagkabau ini
diperluas sampai Batang Kampar (mengalahkan kerajaan Kuntu), terus selat
Malaka, wilayah tengah pulau Sumatera, Batang Hari, Batang Rokan,
pantai Timur Selatan, Indrapura, pantai Barat Sumatera sampai Barus.
3. Tahun
1409 Majapahit mencoba menaklukan Pagaruyung dengan mengirimkan
Ekspedisi Pamalayu II karena dilihatnya Pagaruyung sudah merupakan
kerajaan besar. Ternyata ekspedisi ini dikalahkan di Padang Sibusuk oleh
tentara Pagaruyung di bawah komando Datuk Gajah Tongga. Tepatnya di
Selatan Nagari Silungkang di Bukit nan Sempit (Kupitan) yang di bawahnya
ada celah batang aie yang tidak dapat menembus gunung sebagai sumber
pengairan hamparan sawah anak nagari Padang Buluh Kasok. Sejak saat itu
kerajaan Pagaruyung benar-benar terlepas dari kerajaan Majapahit.
Padang
Sibusuk sebelum itu bernama Padang Buluh Kasok karena banyak tanaman
bambu. Namun sejak nagari itu berbau busuk oleh bangkai-bangkai akibat
perang dengan pasukan Pamalayu II, maka nagari itu bernama Padang
Sibusuk. Pasukan Pamalayu II membawa rombongan pengangkut barang yang
diambil dari masyarakat daerah Jambi/Batanghari. Ternyata setelah
Pamalayu II kalah, rombongan ini tidak mau kembali ke negerinya.Ada yang
mengatakan bahwa jumlah rombonan itu sebanyak
12 orang. Oleh kerajaan Pagaruyung rombongan ini dititipkan kepada
Datuk Gajah Tongga Panglima perang Daerah Selatan Kerajaan Pagaruyung.
Oleh Datuk Gajah Tongga rombongan tersebut ditempatkan di Pincuran Anyie
Kenagarian Padang Sibusuk dengan catatan agar rombongan yg baru ini
dibawo salihilie samudik, dijadikan kemanakan, suruh kasawah jo
kaladang, dan senasib sepenanggungan dengan masyarakat Padang Sibusuk
setempat,karena di Pincuran Anyie waktu itu sudah berpenduduk tetapi
masih sedikit. Salah seorang yang ditemui di Pincuran Anyie waktu itu
bernama Angku Rhaib. Kalau yang bertanya orang Batu Manjulur, Angku
Rhaib mengatakan bahwa ia orang Padang Sibusuk, dan kalau yang bertanya
orang Padang Sibusuk, ia katakan bahwa ia orang batu Manjulur. Kalau
masyarakat Padang Sibusuk baralek maka Angku Rhaib duduk
sejajar/sehamparan dengan pembesar-pembesar Nagari Padang Sibusuk,
begitu juga kalau yang baralek masyarakat Batu Manjulur maka Angku Rhaib duduk
sejajar/sehamparan dengan pembesar-pembesar Nagari Batu Manjulur. Sejak
ditempatkan kemenakan yang baru ini di Pincuran Anyie. Sejak itu pula
tempat mereka bernama Kampung Baru Kenagarian Padang Sibusuk.
4. Sejak
kerajaan Majapahit dikalahkan kerajaan Pagaruyung tahun 1409 di Padang
Sibusuk, keadaan kerajaan Pagaruyung tidak banyak diberitakan lagi,
namun tahun 1560 ada Raja pagaruyung yang bernama Sultan Alif yang
memeluk agama Islam. Pada masa raja Sultan Alif inilah sistim kerajaan
menjadi seperti sekarang ini yaitu Rajo Alam di Pagaruyung, Rajo Adat di
Buo Lintau, dan Raja Ibadat di Sumpur Kudus. Ketiga raja itu lazim
disebut Rajo TIgo Selo. Raja Sultan Alif meninggal tahun 1680. Didalam Legenda Minangkabau dikatakan bahwa ada seorang pemuda yang bernama Gajah Mada. Ada yang mengatakan Gajah Mada berasal dari Silungkang
ada yang mengatakan dari Padang Sibusuk dan ada pula yang mengatakan
dari Sungai Langsek. Karena kepandaian dan keberanian dan kesetiaan
Gajah Mada ini oleh Raden Wijaya diangkat menjadi pengawal istana. Dan
karena kehebatannya sampai-sampai dia diangkat menjadi Perdana
Menteri/Patih Kerajaan Majapahit yang dikenal dengan Sumpah Palapanya,
yang berisi ingin menaklukan semua kerajaan-kerajaan di Nusantara. Gajah
Mada menghilang dalam usia ±80 tahun.
5. Tahun
1821, Nagari Padang Sibusuk terkenal pula dalam keikutsertaanya dalam
peperangan yaitu Perang Paderi yang berakhir tahun 1837 yaitu peperangan
antara kaum adat dan kaum agama. Dipesisir Barat pulau Sumatera kaum
adat menang,karena dibantu Belanda. Sedangkan di Padang Sibusuk kaum
adat dan kaum agama berdamai dengan slogan “ Adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah, syarak mangato adat mamakai ”
6. Dalam
perang mempertahankan kemerdekaan tahun 1945-1949 melawan penjajah
Belanda, masyarakat Padang Sibusuk tidak sedikit mengalami kerugian, ±
60 buah rumah bagonjong dibumi hanguskan, pemuka masyarakat dan para
pemuda ditangkap. Ada yang dibunuh, dipenjara dan dibuang ke Batavia,
Cilacap, dan Digul Irian di Sawah Lunto.
7. Padang
Sibusuk sejak Belanda sudah mempunyai pusat-pusat pengajian. Ada
Thawalib Tanjung Medan di bawah pimpinan Tuanku H.M. Thaib. Ada surua
tabing Elok dibawah pimpinan Angku H.Idris dan Angku H. Ibrahim. Di
zaman kemerdekaan ada PGAN yang banyak menghasilkan Guru dan Cendikiawan
di kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Sekarang ada Kompleks Pendidikan
Padang Tonga Padang SIbusuk yang mempunyai 7 sekolah yaitu :
1) TK Ainul Yakin
2) SDN 6 Padang Sibusuk
3) SDN 7 Padang Sibusuk
4) SMPN 3 Sijunjung
5) SMAN 4 Sijunjung
6) MTsN Padang Sibusuk
7) MAN Padang Sibusuk
8. Dalam era reformasi dan babaliek Ka nagari, Kenagarian Padang Sibusuk mempunyai 6 (enam) jorong
1) Jorong Tapi Balai
2) Jorong Kapala Koto
3) Jorong Guguk Tinggi
4) Jorong Simancung
5) Jorong Ladang Kapeh
6) Jorong Kampung Baru
Khusus Jorong Kampung Baru sampai dengan sekarang masih berstatus Desa.
Ada
rencana Nagari Padang Sibusuk dan Nagari Batu Manjulur akan membangun
Gapura di Jirek Pincuran Anyie tanggal 27 April 2007, tetapi diminta
oleh Pemerintahan Kabupaten SIjunjung
untuk ditunda karena situasi belum kondusif. Masyarakat Kampung Baru
tidak menerima adanya Gapura itu, karena masyarakat Kampung Baru
dijanjikan menjadi Pemerintahan Nagari oleh Pemerintah Kabupaten
Sijunjung ,setelah terlebih dahulu kembali bergabung ke Nagari Induk Padang Sibusuk, dengan persyaratan harus mendapat persetujuan Kerapatan Adat Nagari ( KAN ) Padang Sibusuk ,sesuai ketentuan yang berlaku di Provinsi Sumatra Barat.
9. Masyarakat
Padang Sibusuk sepenuhnya berbudaya Minagkabau. Banagari dan Basuku.
Baampek Jinih dan Bajinih nan ampek. Bamamak bakamanakan. Kamanakannyo
ada empat golongan, kamanakan batali paruik, kamanakan batali budi,
kamanakan batali ameh, kamanakan batali adat. Basako dan bapusako.
Memakai pedoman mamagang, manggadai, mampaduai, baganggam bauntuak, dan
lain-lain ketentuan adat Minangkabau.
10.Sebelum
tahun 1950 masyarakat nagari Padang SIbusuk banyak merantau ke Malaya,
Riau, Jambi dan Palembang. Sedangkan sejak tahun 1960 masyarakat nagari
Padang Sibusuk banyak yang merantau ke Pulau Jawa ( Jakarta, Bandung,
Jogjakarta, dan Surabaya).
Demikianlah
“ Sekelumit Sejarah Nagari Padang Sibusuk dalam Bentuk Pointers “
dengan mengharapkan sangat informasi tambahan dari segenap handai tolan.
Informasi ini diambil dari berbagai sumber antara lain dari buku yang
diterbitkan penulis terkenal dari Sumatra Barat .
Terima Kasih.